30 November 2010

Bahagianya KupunyaMu

CERPEN
Aku kembali menangis. Bukan lagi dalam sujudku seperti biasa ketika kumulai lantunan lafaz doa. Kini aku menangis, membiarkan air mataku membasahi kemeja birunya. Mengabaikan keraguannya memelukku, membuatnya dalam dilemma.
Aku tahu pasti sang adam yang detak jantungnya berderap kencang di telingaku tak ingin membiarkan kulit kami terlalu lama bertaut. Dia paham ilmu yang telah mendarah daging dalam dirinya. Dia tak bisa mengabaikan semua itu demi mengeringkan air mataku. Tapi dia masih tak bergeming, dia masih membiarkan kuyup di kemejanya melebar.
Air mataku tak jua menuruti pikiranku yang menginginkannya berhenti. Buih bening itu terus membandel membuat semua kata tercekat di kerongkonganku karena isaknya. Hanya degup jantungnya dan isak tangisku yang memenuhi ruang kecil dengan papan nama ukm ‘Forum Islam Matematika” senja itu. Aku dan dia mematung dalam posisi yang sungguh sebenarnya pantas mendapatkan ganjaran setimpal sesuai kepercayaan kami. Dosa.
Sayup lantunan ayat Al-Qur’an dan puji-pujian mulai terdengar menguasai langit senja. Sebentar lagi adzan maghrib, panggilanNya untuk mengingatNya. Dia menyadari itu, rengkuhan tangannya mengendur karena gelisah yang mulai menguasainya.
Aku tersentak.
Tak aku sangka dia mengangkat daguku, mengusap sisa air di mata sembabku. Kurasa jantungku kini berdegup lebih kencang dari suara jantungnya yang mulai kunikmati. Dia menatap lurus mataku, mengambil semua resiko mengabaikan ilmunya.
“Ukh…”
“Maaf ‘bie… aku tak bisa membuangmu di sudut hatiku. Kamu mengusik tiap waktu yang tak seharusnya aku lebih memikirkanmu. Membiarkan sujudku tak lagi menenangkan hatiku. Aku mencintaimu ‘bie”,potongku cepat secepat tanggul mataku jebol oleh bah yang tak terbendung lagi.
Dia terbelalak menatapku tak percaya. Tapi pandangannya yang nanar perlahan kembali teduh menyapu hatiku yang bergelora. “Tak bisakah kau membiarkanku mengucapkannya dulu”,desahnya lembut namun terluka.
Adzan menggaung selaras kelelawar yang berkepak riuh dari hutan kecil di ujung kampus. Pergantian siang dan malam yang seharusnya di penuhi dengan ibadah. Semua itu menamparku dan dia yang terlunglai di hadapanku. Lumuran dosa terasa makin melingkup.
“Alhamdulillah”
Ucap isyarat mulutnya yang kubaca. Jelas bukan untuk keselarasan rasa yang terungkap. Tapi karena kami merasa dosa itu. Bahagia punya Dia yang membatasi jalan kami agar tetap lurus.

29 November 2010

Jam Tangan

Waktu..hampir segala hal terukur waktu. Detik, menit, jam, hari, bulan tahun. Segala yang terlewat sebagai kenangan, semua esok sebagai harapan dan sekarang untuk senyum. Terukur waktu dan tercetak tinta masa yang akan membuatnya berkarang karena tak akan pernah terhapus oleh apapun. Ingin membuatnya bermakna, berarti seperti waktu yang terus melekat.
Hmm… sedikit nglantur tapi memiliki arti untukku. Padahal di artikel ini cuman mau ceritain jam tangan. Aksesoris yang lagi aku gilai banget. Pengen hunting sana sini biar dapat yang pas. Cantik.
Emank ga terlalu tahu merek jam tangan branded yang bikin mata orang ngeliat langsung lophe-lophe…Hhe, tapi yeah semua orang punya selera, gitu juga aku. Ga terlalu tau, tapi kan bisa milih yang aku suka. Ga peduli harga dari 35 ribu perak nyampe jutaan. Hhe kalo ga sayang beli yang jutaan. Namanya juga ngikutin selera. Di bawah ini jam-jam tangan yang pengen aku punya. Check this out..




wuaaaa pengen bangettt :)''' ..hehe ... Ada yang berniat ngasih ?????
:D

18 November 2010

Sosialisasi


Dari wikipedia aku dapet definisi sosialisasi >> Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Secara jujur aku tak begitu paham dengan definisi itu. Yeah secara aku orang eksak murni dan perlu di garis bawahi aku bukan orang sosial yang bisa memahami tiap kata dengan detail. Lebih suka semua yang to do point, jelas dan benar. Kalau menurutku kata sosialisasi didefinisikan pengakuan dalam kelompok yang membuat seseorang berinteraksi terus dengan kelompok itu.
Dan dari definisi itulah aku menyimpulkan aku bermasalah dalam hal sosialisasi. Selama hidupku sampai saat ini detik ini aku menuliskan ini. Aku mengakui aku tak pernah merasa mendapatkan pengakuan dalam kelompok dimana aku bisa terus berinteraksi dengan kelompok itu. Sosialisasiku selalu terbatas waktu. Secara sederhana sosialisasi dengan suatu kelompok itu sementara. Sementara yaitu saat punya satu tujuan, satu kepentingan, dan satu yang pengen diperoleh dari kebersamaan itu.
Saat puncak kebosanaan melanda, muncul masalah tentang sifat-sifat buruk yang mulai mengganggu, kemudian tak bisa menerima semua itu dengan hati lapang bahwa manusia tak ada yang sempurna. Akhirnya berakhirlah sosialisasi itu. Terpencar dari kelompok, mengurus semua hal dengan sendiri, segalanya menjadi biasa tanpa ingat janji saat keakraban itu muncul.
Seperti itulah, terus berganti dari kelompok ke kelompok. Hingga akhirnya menemukan suatu kesimpulan yang amaze buat aku. MANDIRI. Berusaha melakukan segalanya sendiri. Memang tak berhenti berusaha sosialisasi. Tapi saat mengajak siapapun hanya mendapatkan penolakan, kenapa ga berusaha sendiri, yakin deh hasilnya jauh lebih baik. Lebih sesuai dengan yang dipikirkan.
Huft..posting ini isinya Cuma curcol, yang ujung ujungnya dibilang egois. Pi yeah aku bisa melakukan semua lebih baik. Hanya berusaha mengisi kekosongan yar ga kesepian. Tetep enjoy? Haruzzz. It’s my life, just me and my self. Sebelum aku bener-bener ngerasa nyaman dengan seseorang maka. STOP. Dia masih berdiri diluar batas hijau, sebelum dia masuk dan mengganggu kenyamananku. Harus benar-benar yakin biar aku tenang.
Hha, benar benar curcol =p.