Mata, telinga, mulut, hidung, serta tangan dan kaki (kulit). Atau bisa saja kau sebut penglihatan, pendengaran, pengecap, pencium dan peraba. Kata orang, indra pada manusia itu ada lima. Hitunglah yang aku sebutkan tadi, benarkah ada lima ?. Kau memiliki semuanya ? Kelima-limanya ? Baguslah jika kau memilikinya. Bukankah itu artinya kau sempurna. Bersyukurlah kau benar-benar sempurna.
Apa ? Kau memiliki lebih dari itu ? Aku akan memberikan tangan kananku untuk kau jabat. Selamat, kau lebih. Segelintir orang yang dianugrahi kelebihan sepertimu. Seharusnya kau punya porsi lebih juga untuk bersyukur kepadaNya. Kau juga sempurna. Maka gunakanlah indramu dengan sempurna.
Menjadi sempurna itu mudah. Kataku. Yeah bukankah kau saat ini tak perlu diajari untuk memfungsikan kelima indramu. Kau dapat melihat dunia, kau dapat mendengar desir kehidupan, kau dapat manyanyikan tawa, kau dapat meraih awan saat kau melangkah menjelajahi takdir. Semua seperti melekat begitu saja saat kau ‘lebih’. ‘Lebih’, cukup sedetik dua detik untukmu menerimanya dan memfungsikannya kemudian. ‘Lebih’ tak sulit bukan untukmu tersenyum saat dia hadir.
Bersyukurlah!! Aku tak akan pernah lelah meningatkanmu untuk bersyukur..
Bila kesempurnaan bukan alasan yang cukup bagimu untuk bersyukur, maka lihatlah kekurangan. Aku harap kau tak perlu mengalami ‘kurang’ agar kau tahu rasa kekurangan itu. Aku akan menceritakannya kepadamu, tentu dengan harapan kau tak akan mengalaminya. Sebagian kecil ‘kurang’ yang aku dapat di bulan penuh hidayah ini. Jangan khawatir, sekarang H+11 sejak kekurangan sementara itu melekat SEMENTARA padaku, aku tak lagi menangis untuk menyesalinya saat aku menceritakannya. Mungkin aku hanya akan menangis karena aku menulisnya sekarang. Tepat saat takbir berkumandang, dan solat Ied berlangsung tak lebih dari 27 meter dari tempatku menulis. Yeah rumahku dekat masjid, semestinya aku tengah menghadapNya di ritual setahun sekali itu. Tapi bukankan aku saat ini juga tengah bercengkrama denganmu Ya Allah. Membagi kisahku agar kau dapat mengambil hikmahnya.
Upz tahan sebentar!! Aku hanya akan mengajukan satu syarat sebelum aku meneruskannya. Syarat, kau tak boleh protes jika ada keluhan didalamnya nanti. Yeah inilah artikel curhatku..
Rasanya aku belum pernah sebersyukur ini memiliki kelima indraku secara lengkap. Meski tak semua berfungsi maksimal seperti mata yang harus ditenggeri lensa untuk membantuku melihatmu dengan jelas. Tapi bukankah itu bukan masalah yang harus aku keluhkan, toh dengan menutup mata pun Allah selalu ada untukku.
Yeah seharusnya dari dulu aku bisa bersyukur dengan kesempurnaan itu sebelum cobaan ini menghampiriku. Semua terjadi begitu saja, aku terkapar ditepi jalan hanya karena sebuah duren a.k.a buah favoritku. Alasan yang begitu simple dan sampai saat ini tak habis aku pikirkan, bagaimana bisa sebuah duren membuatku tak dapat berjalan. Tapi jika mengingatNya, maka inilah Kun FayakunNya.
Hanya seujung kaki, lukaku merona dan butuh beberapa sulaman untuk menutupnya. Dan itupun hanya kaki kiri. Tapi kau tahu apa akibatnya, segala hal sepele yang seharusnya dapat dikerjakan balitapun aku tak dapat mengerjakannya sendiri. Aku terikat pada tempat tidur, segala hal harus dibantu orang lain. Sadarku tak langsung menangis selemah itu, aku menangis naas 5 hari kemudian saat sakit tak lagi membuat air mataku mengalir. Semuanya dalam diriku serasa runtuh, aku tak berarti, hanya menjadi beban bagi orang yang tak akan merasa terbebani seberapapun aku merepotkannya..Luv u Mom…
Namun tampaknya, Allah masih percaya aku dapat melewatinya. Karena sabtu kemarin, aku memulai pengobatan dari awal setelah seminggu. Dokter kurang professional membebatkan kasa yang tak dapat dilepas tanpa membawa kulit luka yang telah mongering. Semua menganga lagi. Tangisku tak berarti, aku memulai dari awal. Seperti kepercayaan Allah memberikan cobaan ini padaku. Aku tak kehilangan harapan, aku masih berberdoa sementara ini hanya sesaat.
Aku masih tak dapat berjalan entah sampai kapan ‘sementara ini hanya sesaat’. Aku masih merepotkan semua orang. Tapi aku mendapat sesuatu yang aku yakini. “Menjadi sempurna itu mudah, tak perlu belajar agar kau bisa menerima kesempurnaan. Karena itu Allah memberimu cobaan ketidaksempurnaan, agar kau berlatih, agar kau bisa menerimanya dan tersenyum setulus orang yang sempurna”.
Huaa…ini jalanku. I am still on my way. Dan bukankah karena cobaan ini aku jadi bisa bercerita padamu Hah?? :D
Eits… Artikel ini tak berhenti disini.
Karena aku tak akan membiarkanmu yang sekarang merasa sempurna untuk sombong. Lihat sekelilingmu lagi. Kau kuat, kau tegar, yeah wajar bukan karena kau sempurna. Tentu kau tak dapat dibandingkan dengan orang buta, tuli, bisu, tak punya tangan atau tak dapat berjalan. Itu jika dipandang dari kasat mata yang membuatmu tak dapat dibandingkan dengan mereka.
Tapi sekarang buka matamu lihatlah..
dia... dia...
atau dia…
Terlampau jauh??? Oh baiklah, jangan menengok terlalu jauh kali ini. Cukup beberapa inci, tengoklah dia....
Lihatlah..
Mereka bisa menjalani hidup senormal kau yang sempurna. Bahkan mereka memiliki prestasi yang belum tentu dapat kau raih dengan kesempurnaanmu. Bukankah mereka hebat. Bukankah satu mata saja tak cukup untukmu dapat melihat mereka dengan jelas. Maka jangan kau remehkan mereka yang lebih tegar darimu dengan predikat cacat. Buka matamu dan kau bisa belajar betapa Allah swt. tau kapasitasmu, untuk bisa menjalani hidup dan untuk bisa bersyukur…
Bersyukurlah kawan !!!
Sekarang…. Bukankah menjadi sempurna itu mudah ??? XD
Yeah solat Ied berakhir. Aku akan menghadapi Lebaran luar biasa ini [dengan duduk seperti lansia…Fufufu tapi aku tak terlihat setua dan selemah itu kan hehehe]. #wishes Semoga aku tak menangis lagi.
Untukmu yang selalu membaca blog-ku ini dan untuk semua orang yang entah dapat membaca ini atau tidak. Semoga semua tulisanku dapat bermanfaat bagimu.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H. Mohon Maaf Lahir dan Batin….