FikNoFik
Berharap kamu ilfeel setelah membaca catatan ini :p
Aku memang bukan pembaca yang baik dan sejujurnya aku tidaklah benar-benar didefinisikan sebagai kutu buku dalam arti yang biasa diartikan begitu. Aku hanya autis, ada pada duniaku sendiri.
Aku tau dengan jelas aku sangat normal. Hanya saja aku ingin menyebut diriku seperti itu. Aku merasa begitu introvert. Menjaga agar daerah amanku tak akan dimasuki sesuatu hal asing yang membuatnya terinfeksi. Aku tak ingin merasa tak tenang saat aku ada di tempatku. Aku dalam zona aman yang tak akan membuatku menangis hanya karena kau meninggalkanku suatu saat nanti setelah aku merasa nyaman akan hadirmu di duniaku.
“Kau tak boleh merasa nyaman dengan duniamu, keluarlah kau akan mendapatlah lebih dari sekarang”,katamu tanpa menatap mataku.
Ayolah palingkan tatapanmu dari langit, lihat aku yang membutuhkan penjelasan akan ucapanmu. Kau mengabaikanku, membuat retinaku beralih mengikuti pandanganmu. Diam dan sunyi, aku merasa ada di zona nyamanku. Rasanya penjelasanmu tak penting lagi aku takut terluka.
Pengecut. Ya itulah aku.
Karena instingku benar, kau tetap bukan siapa-siapaku meski aku menginginkan lebih, meski aku tau hubungan saat ini yang terbaik. Apa yang kau harapkan saat menatap mataku. Bulir air. Kau tak akan mendapatkannya. Kau tak memasuki duniaku sama sekali dan tak akan membuatku merasa kehilanganmu. Apakah kau berharap aku terluka ? Kau jahat mengharapkanku keluar dari zonaku…
Datang dan pergi, silih berganti, ada senyum saat aku menyambutmu, tak ada tangis saat waktumu tiba pergi dariku. Hariku tetap berjalan. Siklus yang selalu kulalui. Tak ada yang tinggal lama. Duniaku tetaplah nyaman seperti dulu sebelum ketukan pertamamu di duniaku yang membuatnya ramai dengan tamu selepasmu.
Aku autis. Tak peduli apapun yang kau lakukan saat kau tak mengancam duniaku.
Aku autis. Sibuk dengan pikiranku sendiri, kau akan sulit untuk mengalihkan perhatianku.
Aku autis. Tak ada orang orang asing yang tinggal lama disisiku, karena aku terlalu tak peduli.
Definisiku akan diriku. Tapi kenapa rasanya semua kata itu tak mendefinisikan aku, saat aku bersamamu. Aku tak bisa untuk tidak peduli denganmu, aku tak bisa berpikir saat kau didekatku, dan kau tinggal terlalu lama di sudut pikirku.
Benarkah katamu, kenapa aku ingin keluar dari zonaku ? Kenapa zonaku terasa tak senyaman dulu sebelum ku dengar ucapanmu. Kau membuatku mencoba keluar. Hal lebih apa yang kau janjikan. Provokasi? Dengki? Sirik? Aku tak mendapatkan diriku sepositif dulu saat aku keluar. Kau bahkan membuatku menangis sendiri tanpamu.
Tangis yang membuat retinaku kabur mencetak hal disekelilingku. Tangis yang membuatku melihatmu kembali padaku. Apakah tangis juga yang membuatku merasakan betapa hangat pelukanmu ?
Semarang, 18 Juni 2010
06.48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar